Hari kedua kami di Cianjur adalah hari minggu, so as usual, kami akan berangkat misa ke Gereja. Kebetulan sekali Gereja di puncak persis di sebelah kiri hotel kami, Hotel Palace Cipanas, jadi cukup jalan kaki saja. Nama Gerejanya Paroki Santa Maria Ratu Para Malaikat Cipanas, Jl. Raya Cimacan No.93, Cipanas
Bagi umat khatolik yang sedang berlibur menghabiskan weekend di sekitar cipanas, jangan lupa misa di sini ya. Keliatan sekali sebagian umat yang misa di sini adalah warga jakarta, karena plat mobilnya B xxxx hehehe. Cukup padat misanya, so parkir bisa di halaman gereja atau di hotel palace ini. Sangat disarankan nginap di hotel palace, enak kemana-mananya haha.
Gereja di Puncak (Khatolik) : Santa Maria Ratu Para Malaikat
Jadwal terbaru Perayaan Ekaristi di Paroki Santa Maria Para Malaikat, Cipanas :
Gereja Paroki Santa Maria Para Malaikat,
– Perayaan Ekaristi Minggu Pagi : Pukul 08.00 WIB
– PerayaanEkaristi Minggu Sore : Pukul 18.00 WIB
– Perayaan Ekaristi Jumat Pertama(dengan Adorasi Sakramen Mahakudus): Pukul 18.00 WIB
– Tidak ada Perayaan Ekaristi Harian
Setelah Misa, anda akan menemukan banyak yang berjualan kue-kue dan sarapan seperti nasi uduk, nasi kuning, dan gemblong. Ada juga yang jualan daging babi hehe.

Goa Maria Cipanas
Informasi tentang Gereja :
Nama Pelindung : Santa Maria Ratu Para Malaikat
disadur dari : informasi Keuskupan Bogor
Buku Paroki : Sejak tahun 1948, sebelumnya di Sindanglaya
Alamat : Jalan Raya Cipanas 93 Cipanas 43253
Telepon (0263) 512317
Pastor Paroki : RP. Ignatius Widiaryoso OFM
Panti Asuhan Sebagai Cikal Bakal
Paroki Cipanas terletak di daerah pegunungan dan berada di daerah wisata,
Keberadaan Paroki Cipanas sangat erat kaitannya dengan adanya Panti Asuhan Santo Yusuf Sindanglaya. Panti asuhan ini mulanya berasal dari Jakarta. Akibat situasi dan kondisi pada tahun 1947 yang kurang menguntungkan, maka Panti Asuhan tersebut di pindahkan ke Sindanglaya. Dalam perpindahannya, Tarekat Fransiskan mem-percayakan kelanjutan Panti Asuhan ini kepada Pater R.J. Koesnen OFM.
Demi kelanjutannya, Panti Asuhan memerlukan tenaga awam untuk mendidik anak-anaknya. Didasari oleh keinginan untuk terus berkembang, maka pihak panti asuhan bekerja sama dengan Yayasan Mardi Yuana mendirikan sebuah lembaga pendidikan formal. Mayoritas para pendidik lembaga tersebut beragama Katolik. Merekalah embrio Paroki Cipanas.
Beberapa umat Katolik, baik yang berada di dalam maupun yang berada di luar panti asuhan, bersama dengan pastor Fransiskan mengadakan musyawarah. Hasil keputusan musyawarah adalah kesepakatan dari mereka untuk mendirikan sebuah gereja. Pada tahun 1950 gereja tersebut diresmikan menjadi sebuah Paroki dengan Pelindung “Maria Ratu Para Malaikat” dengan jumlah umat 18 jiwa terdiri dari 7 keluarga.
Dengan perkembangan umat yang cukup membanggakan dan kondisi gedung gereja yang sudah harus direnovasi, maka para pengurus gereja bersama seluruh umat, para donator dan pastor (saat itu Pastor CN. Van Der Laan, OFM dan Pastor Thomas Dias, OFM) mengerahkan segala kemampuan yang mereka miliki untuk membangun sebuah gereja yang berkapasitas 400 orang. Gereja tersebut diresmikan oleh Mgr. Drs. Ing. Harsono, Pr.
Seiring dengan perjalanan waktu, umat di Katolik Cipanas terus bertambah. Hingga saat ini jumlah umat di Paroki Cipanas mencapai 840 jiwa yang terdiri dari berbagai macam suku dan bangsa, antara lain: Suku Jawa 350 jiwa (42%), Suku Tionghoa 210 jiwa (25%), Suku Sunda 95 Jiwa (11%), Suku Batak 92 jiwa (11%), dan suku lain-lain 93 jiwa (11%).
1 comment
[…] kedua di cianjur, sesudah pulang dari Gereja Paroki Santa Maria Ratu Para Malaikat, kami kembali ke hotel dan berkemas-kemas untuk check-out dari Hotel Palace Cipanas. Sesudah itu, […]